Bandar Lampung (berandalappung.com) – Menjadi guru besar adalah puncak karier akademik yang menunjukkan dedikasi dan kontribusi signifikan terhadap ilmu pengetahuan.
Namun, gelar ini tidak hanya melambangkan prestasi pribadi, melainkan juga memikul tanggung jawab moral dan sosial yang besar.
Guru besar diharapkan menjadi penjaga ilmu, pendidik, dan panutan masyarakat. Sikap sombong tidak seharusnya hadir dalam pencapaian ini, karena akan merusak makna gelar tersebut.
Tanggung Jawab di Balik Gelar Guru Besar
Gelar guru besar membawa amanah yang tidak ringan. Sebagai intelektual terdepan, mereka diharapkan menjalankan berbagai peran, antara lain:
1. Menginspirasi Generasi Muda: Guru besar harus mampu memotivasi mahasiswa dan rekan sejawat dengan sikap rendah hati dan semangat belajar.
2. Melakukan Inovasi Berkelanjutan: Gelar ini bukan akhir perjalanan, melainkan awal kontribusi lebih besar dalam riset dan pengabdian masyarakat.
3. Menjadi Penghubung: Mereka harus menjembatani dunia akademik dengan kebutuhan masyarakat, bukan menciptakan jarak.
Bahaya Kesombongan dalam Dunia Akademik
Kesombongan dapat menghambat kolaborasi dan perkembangan ilmu pengetahuan.
Sikap merasa “lebih tahu” atau “lebih penting” berpotensi menjauhkan guru besar dari kolega dan masyarakat.
Akibatnya, kontribusi mereka tidak lagi optimal.
Sebaliknya, sikap rendah hati menunjukkan kesadaran bahwa keberhasilan adalah hasil kerja keras bersama, didukung oleh banyak pihak, termasuk institusi dan masyarakat.
Kerendahan Hati Sebagai Ciri Pemimpin Ilmu Pengetahuan
Guru besar yang rendah hati.
1. Menghormati Perbedaan Pendapat: Memahami bahwa ilmu pengetahuan berkembang melalui diskusi dan kolaborasi.
2. Membimbing Generasi Muda: Memberikan dukungan dan ilmu tanpa rasa superioritas.
3. Berperan Aktif dalam Kolaborasi: Terbuka terhadap dialog dengan berbagai pihak, baik di lingkungan akademik maupun masyarakat umum.
Gelar guru besar adalah sebuah kehormatan sekaligus amanah besar.
Kesombongan hanya akan mengurangi nilai dan dampak positif gelar tersebut.
Dengan kerendahan hati, guru besar dapat menjadi teladan sejati dan membawa perubahan nyata bagi bangsa dan ilmu pengetahuan.
Mari jadikan gelar ini sebagai alat untuk memberi manfaat, bukan untuk meninggikan diri.
Penulis: Hengki Irawan adalah Pengamat Pemberdayaan Masyarakat Lampung.