AI Makin Canggih, Pekerja Makin Tergerus Siap-siap Tingkat Pengaguran Semakin Tinggi

Avatar photo

- Jurnalis

Selasa, 17 Juni 2025 - 07:59 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

AI Makin Canggih, Pekerja Makin Tergerus Siap-siap Tingkat Pengaguran Semakin Tinggi

 

 

berandalappung.com— Jakarta, perkembangan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) telah menciptakan lonjakan efisiensi dalam berbagai sektor. Namun, di sisi lain, kehadiran teknologi ini juga mengancam stabilitas pekerjaan jutaan tenaga kerja, termasuk di Indonesia. Para pekerja mulai dari ilustrator, pegawai administrasi, hingga jurnalis kini menghadapi kenyataan pahit: tergantikan oleh sistem otomatis.

Fenomena ini bukan sekadar teori. Di berbagai kota besar, gelombang disrupsi sudah terasa. Beberapa pekerja kreatif mulai kehilangan klien. Pekerja administratif menghadapi pengurangan jam kerja, bahkan pemutusan hubungan kerja. Secara perlahan tapi pasti, AI mulai menggantikan tenaga manusia di balik meja.

Dari Ilustrator ke Prompt Engineer

Di Bandung, Lina Meilina, seorang ilustrator lepas, mulai kehilangan banyak pesanan sejak awal tahun. Ia menyebut bahwa klien-klien lamanya kini beralih ke layanan gambar berbasis AI seperti Midjourney dan DALL-E. “Mereka bilang cukup mengetik deskripsi, hasilnya keluar dalam menit,” ujarnya.

Cerita serupa muncul dari beberapa editor lepas yang mulai “dipinjam” tenaganya untuk melatih model AI. Mereka kini bekerja sebagai trainer, bukan lagi sebagai penulis atau penyunting. Tugas mereka adalah memberi masukan agar AI bisa meniru gaya tulisan manusia.

Fenomena ini menunjukkan pergeseran peran: dari pekerja kreatif menjadi pelatih mesin. Dunia kerja manusia mulai masuk fase baru: menjadi operator dari sistem yang kelak bisa menggantikan mereka.

Baca Juga :  Ikaperta Unila Gelar Aksi Bersih-Bersih Pantai Peringati Dies Natalis ke-51

Dampak Nasional

Dalam skala yang lebih luas, data dari World Economic Forum (WEF) memproyeksikan bahwa sekitar 23 juta pekerjaan di Indonesia berpotensi tergeser oleh otomatisasi dan AI hingga 2030. Angka ini bukan spekulatif. Pemerintah Indonesia sendiri, melalui pidato Presiden Joko Widodo pada September 2024, menyatakan bahwa sekitar 50 juta pekerja kasar berisiko kehilangan mata pencaharian karena kemajuan teknologi.

Beberapa sektor paling terdampak adalah entri data, teller, sekretaris, dan kasir. Bahkan, sektor pendidikan pun tidak luput dari ancaman otomatisasi. Asisten pengajar, dosen, hingga penerjemah kini mulai digantikan perannya oleh sistem pembelajaran berbasis AI.

Ketimpangan Akses dan Keterampilan

Meski pemanfaatan AI di Indonesia terus meningkat, hanya sebagian kecil tenaga kerja yang memiliki keterampilan digital memadai. Survei Kementerian Kominfo menunjukkan hanya 30 persen pekerja yang menguasai keterampilan digital dasar. Ketimpangan ini diperparah dengan keterbatasan infrastruktur di daerah. Sekitar 40 persen wilayah Indonesia masih minim akses internet stabil.

Baca Juga :  Percepatan Pelantikan Kepala Daerah, Urgensi Publik atau Sekadar Lobi Politik?

Artinya, saat teknologi berkembang pesat di pusat kota dan perusahaan besar, sebagian besar pekerja di daerah justru tertinggal. Mereka tidak hanya kekurangan keterampilan, tetapi juga akses untuk mengejar ketertinggalan.

Langkah-langkah Penanganan

Sejumlah upaya mulai dilakukan. Pemerintah melalui program Kartu Prakerja dan Digital Talent Scholarship menggandeng sektor swasta untuk melatih ulang tenaga kerja. Microsoft Indonesia misalnya, menargetkan melatih 840.000 talenta digital dalam kurun waktu lima tahun ke depan.

Namun, pertanyaan besarnya tetap menggantung apakah pelatihan ini cukup untuk mengimbangi kecepatan perubahan yang dibawa AI?

Beberapa ekonom menyarankan perlunya kebijakan yang lebih menyeluruh. Selain pelatihan, dibutuhkan regulasi ketenagakerjaan baru, perlindungan sosial bagi pekerja terdampak, serta sistem edukasi yang adaptif terhadap perubahan teknologi.

Kecerdasan buatan membawa banyak manfaat. Namun, jika tidak diimbangi dengan perlindungan terhadap pekerja dan pemerataan keterampilan, maka teknologi ini bisa memperdalam ketimpangan sosial. Indonesia kini berada di persimpangan antara menjadi bangsa yang siap menghadapi disrupsi, atau menjadi korban dari revolusi teknologi yang tak terkendali.

Dalam situasi ini, peran negara menjadi kunci: bukan hanya sebagai fasilitator kemajuan, tetapi juga sebagai pelindung bagi rakyat yang terancam tertinggal.

Editor : Alex Buay Sako

Berita Terkait

Cakra Surya Manggala Dukung Langkah Aktifis GERMASI, Desak Kejagung Tindak Tegas Dalang Perusakan TNBBS
80 Tahun PT KAI: Dari Rel Sejarah Menuju Transportasi Modern
Eks Pj Gubernur Lampung Samsudin Diperiksa Kejati, Bungkam soal Kasus yang Disidik
Harga Ubi Kayu Dipatok Rp1.350 per Kilo, Kementan Perketat Impor Tapioka dan Jagung
“Nasi Datang, Demo Jadi Tenang” Potret Gerakan Mahasiswa Era Delivery Order
Aktivis 98 Kecam Tindakan Represif Aparat dan Tuntut Keadilan atas Gugurnya Kawan Ojol Pejuang Demokrasi
Ratusan Mundur dari Sekolah Rakyat: Antara Idealisme Program dan Realitas Lapangan
Specialty Indonesia 2025 Digelar, Ratusan Pelaku Industri Siap Unjuk Gigi
Berita ini 46 kali dibaca

Berita Terkait

Rabu, 8 Oktober 2025 - 08:26 WIB

Cakra Surya Manggala Dukung Langkah Aktifis GERMASI, Desak Kejagung Tindak Tegas Dalang Perusakan TNBBS

Senin, 29 September 2025 - 15:38 WIB

80 Tahun PT KAI: Dari Rel Sejarah Menuju Transportasi Modern

Jumat, 19 September 2025 - 21:27 WIB

Eks Pj Gubernur Lampung Samsudin Diperiksa Kejati, Bungkam soal Kasus yang Disidik

Rabu, 10 September 2025 - 16:52 WIB

Harga Ubi Kayu Dipatok Rp1.350 per Kilo, Kementan Perketat Impor Tapioka dan Jagung

Senin, 1 September 2025 - 21:10 WIB

“Nasi Datang, Demo Jadi Tenang” Potret Gerakan Mahasiswa Era Delivery Order

Berita Terbaru

Pemerintahan

BMBK Lampung Berbenah, 29 ASN Rotasi Serentak di Era Taufiqullah

Jumat, 10 Okt 2025 - 21:06 WIB

Pemerintahan

Respon Keluhan Visum Bayar di RSUDAM

Rabu, 8 Okt 2025 - 14:11 WIB