Bandar Lampung (berandalappung.com) – Hengki Irawan, tokoh pemberdayaan masyarakat, mengemukakan pandangannya mengenai perbedaan mental sarjana dari dua generasi zaman dulu (old) dan sekarang (now) dalam konteks pemberdayaan.
Ia menekankan pentingnya pola pikir berbasis solusi dan aksi nyata, baik untuk individu maupun komunitas. Berikut adalah analisis mengenai perbedaan mentalitas tersebut:
1. Orientasi pada Tujuan
Zaman Old: Sarjana dahulu memiliki orientasi kuat pada kontribusi kolektif untuk masyarakat.
Nilai gotong royong dan pengorbanan demi kepentingan umum menjadi landasan utama.
Mereka berupaya menjadi agen perubahan melalui tindakan nyata di lapangan.
Zaman Now: Sarjana saat ini cenderung berfokus pada kesuksesan pribadi, seperti karier, popularitas, atau penghasilan. Meski tetap berkontribusi, orientasi utama lebih banyak pada pengembangan diri dibandingkan dampak sosial langsung.
2. Respons terhadap Tantangan
Zaman Old: Sarjana masa lalu dikenal tahan banting, mengedepankan kerja keras dan semangat pantang menyerah meski dalam keterbatasan.
Dalam pemberdayaan, mereka memulai dari sumber daya minim untuk menciptakan dampak sosial nyata.
Zaman Now: Dengan kemajuan teknologi, sarjana zaman sekarang lebih inovatif tetapi cenderung kurang tahan tekanan.
Mereka sering mengandalkan solusi instan tanpa pengembangan proses jangka panjang.
3. Pemanfaatan Teknologi
Zaman Old: Minimnya akses teknologi membuat mereka mengandalkan pendekatan tradisional, seperti pelatihan manual dan interaksi personal.
Ini menciptakan hubungan emosional yang kuat dengan masyarakat.
Zaman Now: Teknologi digital menjadi alat utama sarjana zaman now.
Media sosial dan aplikasi membantu menjangkau audiens luas dengan cepat, meskipun terkadang mengurangi sentuhan personal yang diperlukan dalam pemberdayaan.
4. Nilai dan Prinsip
Zaman Old: Sarjana zaman old sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai luhur seperti nasionalisme, idealisme, dan keadilan sosial. Prinsip mereka dibentuk oleh figur panutan dengan visi besar.
Zaman Now: Sarjana masa kini lebih pragmatis dan adaptif terhadap perubahan.
Namun, fokus pada materialisme dan efisiensi sering kali mengalahkan prinsip moralitas atau kepentingan sosial.
Refleksi dalam Pemberdayaan
Menurut Hengki Irawan, pemberdayaan yang ideal membutuhkan kombinasi karakter tahan uji dari sarjana zaman old dan kelincahan teknologi dari sarjana zaman now.
Sarjana zaman dulu unggul dalam komitmen jangka panjang, sementara sarjana zaman kini mampu memanfaatkan peluang teknologi untuk memperluas dampak sosial.
Perbedaan mental sarjana dari dua generasi dapat menjadi kekuatan jika diintegrasikan.
Hengki Irawan mengajak sarjana zaman now untuk tidak melupakan nilai-nilai luhur pemberdayaan sambil tetap memanfaatkan teknologi guna menciptakan solusi yang berkelanjutan dan relevan bagi masyarakat modern.