Bandar Lampung,(berandalappung.com) – Badan Standarisasi Instrumen Pertanian (BSIP) Lampung mengelar sosialisasi Kawasan dan Rancangan Agribisnis yang ditetapkan Mendukung Kegiatan Icare.
“Sebaran Kopi, Kondisi Produsen kopi dunia di tahun 2021 urutan pertama Brazil sebesar 4,15 juta ton (34,70%) yang kedua Vietnam sebesar 1,75 juta ton (18,40%) yang ketiga kolombia 850 ribu ton (8,4%) dan keempat Indonesia sebesar 750 ton (6,7%)”
Hal ini dijelaskan oleh Co-Founder Warta Coffee Fahuri Wherlian Ali KM sebagai narasumber di Hotel Grand Mercure, Rabu, (8/5/2024).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Di tahun 2023 secara nasional produksi kopi turun 50%-70%. Tahun 2022 produksi mencapai 775 ribu ton,”ujarnya.
Wherli menilai penurunan produksi kopi ini akan berpengaruh pada kesejahteraan dan penghidupan petani kopi Lampung.
“Tahun 2024 kenaikan kopi yang sangat tajam, saat ini harga kopi di tingkat petani telah mencapai Rp 60.000 – Rp 65.000,”kata Wherli.
Kondisi kelangkaan Kopi di dunia dimulai dari tahun 2022 ketika Brazil mengalami kemarau panjang dan mengalami kekeringan hebat. Kemudian tahun 2021 Brazil mengalami fors.
Pada tahun 2022 petani di Brazil mulai melakukan replanting, dan di prediksi tahun 2026 Brazil sudah mulai pulih kembali.
Wherli mengajak kepada para petani di Lampung harus profuktif dan adaftif dalam budidaya kopi, peremajaan, pupuk yang seimbang dalam memanajemen percabangan dengan membuang cabang-cabang.
“Melakukan panen petik merah, pergiliran panen dalam kelompok tani sehingga bisa menekan biaya kerja dan melakukan tumpang sari,”jelasnya.
Saya tidak membayangkan tahun ini, petani Kopi Lampung bisa menghasilkan 3 ton saja dengan harga kopi misalnya di harga 60 ribu, maka pendapatan petani kopi akan mencapai lebih dari 18 juta rupiah.
“Dan tak akan pernah ada lagi keluhan petani, yang ada kita melihat senyum merekah pak tani. Jangan sampai ada air mata petani di secangkir kopi kita,”pungkasnya.