berandalappung.com —Saya jadi menerawang ketahun 1990an, ketika masih tinggal di daerah dengan hiburannya menunggu film India. Para aktor dan aktris terkenal zaman itu seperti Amitabh Bachchan, Amir Khan, Ajay Devgan, dan Akshay Kumar. Aktor-aktor India ini merajai khazanah perfilman di Indonesia.
Kalau melihat dari gerak-gerik dan action para aktor India yang bermain dengan all out sangat kontras dengan kejadian pada zaman ini. Tapi kita berbangga masih ada sosok Polisi Republik Indonesia seperti Jendral Hoegeng Imam Santoso.
Hari ini, masalah di institusi kepolisian bukan hanya soal seragam, senjata, atau sistem. Masalah utamanya ada di kepala: mental. Ada dua jenis polisi—yang satu bermental miskin, yang lain bermental kaya. Dan perbedaannya mencolok seperti siang dan malam.
Mari pelan-pelan kita urai dua jenis polisi yang sedang serius seperti menonton film India. Polisi Mental Miskin adalah benalu berseragam. Mereka malas, korup, haus pujian tapi takut kerja nyata. Mereka hanya sigap kalau ada “amplop”, bahasa kami harus ada DOA. Apa itu doa? Ini bukan minta bantuan sama Tuhan tapi DOA dengan singkatan Dana Operasional Awal dan Akhir.
Banyak polisi jadi pura-pura tuli kalau rakyat butuh bantuan. Mereka bangga dengan jabatan, bukan dengan pengabdian. Lebih sibuk cari panggung daripada membenahi sistem. Polisi jenis ini suka tampil garang ke rakyat kecil tapi bungkam saat berhadapan dengan orang berduit. Mereka jadi simbol kemunduran institusi.
Kalau ngak viral ngak akan ada tindakan, seperti lagu Bayar-bayar dari Band Sukatani. Mungkin Band Sukatani siap-siap terkurung kalau bahasa pasarnya tampa bantuan nitizen Indonesia yang sangat tajam dengan tulisan terkadang sampai menghujat yang luar biasa.
Sementara itu, Polisi Mental Kaya adalah segelintir yang masih waras. Mereka sadar kekuasaan itu bukan privilege, tapi amanah. Mereka tidak butuh disorot kamera untuk bekerja maksimal. Mereka belajar, berani membela kebenaran meski tak populer, dan tetap berdiri lurus meski tekanan datang dari atas. Polisi mental kaya tidak menjilat, tidak menjual harga diri, dan tidak ikut arus kalau arus itu salah arah.
Pertanyaannya: siapa yang lebih banyak hari ini?
Kalau kita jujur, polisi mental miskin masih terlalu dominan. Dan selama tipe ini dibiarkan tumbuh subur, institusi ini akan terus kehilangan respek. Yang punya mental kaya akan lelah, frustrasi, bahkan pergi. Dan kalau itu terjadi, jangan heran kalau masyarakat lebih percaya CCTV daripada polisi.
Sudah waktunya bersih-bersih. Bukan cuma di luar, tapi dari dalam: dari cara berpikir, cara bekerja, dan cara melihat makna “mengabdi”. Masih ada harapan dan semoga Indonesia akan hadir Polisi-polisi seperti Jendral Hoegeng Imam Santoso berikutnya bukan hanya Simbol di acara Hoegeng Awards saja. Ingat kejadian ini hanya di Film India dengan aktor ternama Amitabh Bachchan. Tabik pun.
Penulis : Hengki Padangratu