MUI Lampung Ingatkan Aksi Jangan Jadi Ajang Anarkis
berandalappung.com— Bandar Lampung, gelombang protes yang membara di berbagai daerah dalam sepekan terakhir, hingga berujung pada pembakaran gedung DPRD di sejumlah kota, menjadi latar ketegangan baru menjelang aksi besar di Lampung. Menyadari potensi eskalasi, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Lampung turun tangan memberi seruan agar demonstrasi tak berubah jadi kerusuhan.
Ketua MUI Lampung, Prof. Mukri, mengingatkan mahasiswa, buruh, dan kelompok masyarakat sipil yang akan turun ke jalan pada Senin, 1 September mendatang, agar menjaga demonstrasi tetap dalam koridor damai.
“Penyampaian aspirasi itu hak konstitusional. Tapi jangan sampai merusak fasilitas umum apalagi menimbulkan korban,” kata Mukri, Sabtu, 30 Agustus 2025.
Ucapan itu bukan tanpa alasan. Dalam dua pekan terakhir, amarah rakyat di berbagai daerah meledak, berujung pembakaran gedung DPRD, kantor pemerintah, hingga bentrokan berdarah. Di Lampung, situasi mulai memanas sejak kabar meninggalnya seorang demonstran, Affan, dalam aksi di Jakarta, pekan lalu.
Mukri menyampaikan duka cita sekaligus peringatan agar tragedi itu tidak dipelintir menjadi bahan bakar kemarahan massal. “Kalau gedung DPRD dibakar, kantor pemerintah dihancurkan, siapa yang rugi? Kita semua. Jangan sampai ada yang menunggangi,” ujarnya.
Nada yang sama datang dari Ketua DPRD Lampung, Ahmad Giri Akbar. Ia menyadari, gedung yang ia pimpin bisa jadi sasaran amarah massa, sebagaimana yang sudah terjadi di provinsi lain. Karena itu, Giri berusaha meredam ketegangan dengan seruan moral.
“Mari jaga marwah Lampung sebagai daerah santun dan berbudaya. Kritik bisa disampaikan dengan cara yang bermartabat,” katanya.
Pernyataan MUI dan DPRD Lampung seolah ingin menahan api sebelum membesar. Lampung dipandang bisa jadi barometer: apakah gelombang protes nasional akan tetap menyala lewat aksi damai, atau kembali membakar simbol-simbol negara.
Editor : Alex Buay Sako