BERANDALAPPUNG.COM – Pihak sekolah Raudhatul Athfal (RA) Puri Fathonah angkat bicara soal dugaan seorang siswa yang ‘diasingkan’ di sekolah tersebut lantaran nakal.
Anak yang dimaksud berinisial GB yang sudah tidak ikut belajar bersama teman-temannya sejak bulan November 2023.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kepala RA Puri Fathonah, Asria Robiatul Adawiyah membantah pihak sekolah mencap GB sebagai anak nakal.
Namun ia mengakui GB sudah beberapa kali melakukan perundungan kepada siswa lain.
“Dengan berat hati, perlu kami akui bahwa memang telah terjadi beberapa kali perbuatan perundungan dari ananda GB terhadap anak didik kami yang lainnya.
Saya sebagai kepala RA Puri Fathonah beserta para guru tidak pernah memberi stempel negatif kepada anak didik RA Puri Fathonah,” kata Asria saat konferensi pers di Kania Café Bandar Lampung, Minggu (21/1/2024).
Kemudian pihak sekolah juga membantah terkait GB sengaja ‘diasingkan’ dari sekolah.
Menurut Asria, mereka hanya melakukan treatment dan pendekatan personal kepada GB. Karena GB memiliki emosional yang tidak stabil dan membutuhkan perhatian khusus.
“Kami melakukan treatment tersebut demi menjaga tertibnya kegiatan belajar mengajar (KBM). Treatment kami yaitu proses belajar di ruangan kepala sekolah, ini sudah sesuai berdasarkan SOP keadaan darurat yang ada di lampiran KTSP RA Puri Fathonah,” ujarnya.
Asria mengatakan treatment ini sebelumnya sudah pernah dilakukan kepada siswa lain dan berhasil.
Treatment tersebut berupa KBM di ruangan kepsek dengan materi dari wali kelas, anak mengerjakan tugas. Sementara Kepsek melakukan komunikasi, dan memberikan motivasi positif agar anak dapat memahami yang benar dan yang salah.
Terkait belajar daring yang dijalani GB sampai saat ini, pihak RA Puri Fathonah menyebut awalnya di bulan Juli GB aktif belajar di kelas bersama teman-temannya.
Namun pada akhir Oktober 2023, wali murid kelas B1 mengkomunikasikan bahwa anak-anak mereka mendapat perundungan dari GB. Sampai pada awal November 2023, siswa kelas B1 yang hadir hanya 4 siswa.
Maka pihak sekolah mengundang seluruh wali murid kelas B1 untuk rapat dan duduk bersama demi mencari solusi. Hasilnya lebih dari 20 orang tidak berkenan anak mereka digabungkan dengan GB.
“Kemudian penolakan tersebut saya tanyakan kepada ibunda GB dan dijawab, ‘GB daring saja Bu’.
Saya selaku pihak sekolah dan memahami hak GB untuk memperoleh pengasuhan, maka saya membuat kebijakan ananda GB tetap ke sekolah. Tapi sementara waktu belajar di ruangan saya dan saya menjamin ananda GB tidak akan mengganggu anak-anak lain,” ujarnya.
Terakhir, pihak sekolah juga membantah tidak memberikan hak pendidikan kepada GB.
Menurut Asria, dengan belajar di ruangan kepsek, justru salah satu cara saya untuk melindungi hak GB tetap mendapat pendidikan dan pengasuhan. (*)