Bandar Lampung (berandalappung.com) – Istilah “banci bener” atau “banci ambil keputusan” kerap digunakan untuk menggambarkan sikap ragu-ragu atau kurang tegas dalam mengambil keputusan, terutama dalam konteks kepemimpinan.
Dalam pandangan Hengki Irawan , seorang tokoh pemberdayaan, istilah ini menjadi sorotan untuk mengkritik gaya kepemimpinan yang lemah, di mana individu sering menghindari tanggung jawab atau takut mengambil risiko saat membuat keputusan penting.
Pandangan Hengki Irawan Mengenai Kepemimpinan dan Pemberdayaan
1. Pengambilan Keputusan dalam pemberdayaan Masyarakat
Dalam proses pemberdayaan, pengambilan keputusan yang tegas sangatlah krusial. Keputusan yang diambil akan memengaruhi perkembangan masyarakat yang diberdayakan.
Menurut Hengki, sikap “banci ambil keputusan” mencerminkan ketidaktegasan yang dapat menghambat kemajuan masyarakat.
Seorang pemimpin pemberdayaan harus memberikan arahan yang jelas untuk memastikan masalah di komunitas dapat diatasi dengan efektif.
2. Keberanian untuk Bertindak
Hengki menekankan bahwa pemimpin harus memiliki keberanian untuk mengambil keputusan, meski berisiko.
Ketakutan untuk salah atau khawatir akan reaksi orang lain hanya menunjukkan kelemahan dalam kepemimpinan.
Sikap “banci bener” sering kali terwujud dalam perilaku mencari pembenaran berulang-ulang tanpa melakukan tindakan nyata.
3. Kesalahan sebagai Bagian dari Proses Belajar
Hengki percaya bahwa kesalahan adalah elemen penting dalam pembelajaran.
Pemimpin yang berani mengambil langkah meski berpotensi keliru akan lebih efektif dibandingkan mereka yang terus-menerus menunda keputusan.
Sikap ragu-ragu ini, menurut Hengki, tidak hanya memperlambat proses perubahan tetapi juga menurunkan kepercayaan masyarakat.
4. Membangun Kepercayaan Melalui Ketegasan
Keberanian dalam mengambil keputusan tidak hanya memengaruhi hasil, tetapi juga kepercayaan masyarakat terhadap pemimpin.
Hengki menegaskan bahwa pemimpin yang tegas, meskipun hasil keputusannya tidak sempurna, akan lebih dihormati dibandingkan pemimpin yang menghindar dari tanggung jawab.
Penerapan Prinsip Ini dalam Kehidupan Nyata
Proyek Sosial:
Dalam proyek pembangunan desa, misalnya alokasi anggaran atau pembagian tugas, pemimpin harus berani mengambil keputusan berdasarkan data yang ada, meskipun keputusan tersebut tidak sepenuhnya ideal.
Konflik di Komunitas:
Dalam situasi konflik, pemimpin pemberdayaan harus mampu bertindak sebagai mediator dan mengambil langkah penyelesaian dengan bijak, tanpa takut dianggap memihak salah satu pihak.
Hengki menilai bahwa sikap “banci bener” adalah penghambat dalam proses pemberdayaan.
Pemimpin yang efektif harus berani mengambil keputusan dengan penuh keyakinan, terlepas dari risiko yang mungkin muncul.
“Ketegasan, keberanian, dan tanggung jawab adalah elemen utama untuk menciptakan perubahan positif di masyarakat,” tandas Hengki Irawan yang diketahui adalah Aktivis Humanika Lampung.