“Mewahnya Festival Krakatau, Tapi Apa Kabar Radin Inten?”

Avatar photo

- Jurnalis

Senin, 7 Juli 2025 - 06:33 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

“Mewahnya Festival Krakatau, Tapi Apa Kabar Radin Inten?”

 

berandalappung.com — Raja Basa, Festival Krakatau(K-Fest)XXXIV kembali digelar dengan gegap gempita dari tanggal 04 Juli 2025 sampai tanggal 06 Juli 2025. Pemerintah Provinsi Lampung, melalui Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf), memajang warna-warni budaya dari 15 kabupaten/kota. Denting gamelan, lenggak lenggok penari, hingga pameran UMKM menyulap panggung menjadi pesta visual.

Namun di balik gemerlap itu, satu hal luput rasa hormat.
Festival yang seharusnya ruang diberikan penghargaan terhadap akar budaya justru tercoreng oleh ketidak adilan yang menyentuh ranah simbolik yakni ketidakhadiran komunikasi yang layak kepada keluarga Pahlawan Nasional Radin Inten II, nama besar yang melekat dalam sejarah perjuangan Lampung.

Sumber menyebutkan, Kepala Disparekraf Lampung, Bobby Irawan, tengah menjadwalkan pertemuan klarifikasi dengan keluarga besar Radin Inten II. Langkah ini muncul setelah munculnya riak mengecewakan yang tak sempat tersuarakan secara formal, namun mengendap di hati sebagian masyarakat yang masih memegang teguh nilai-nilai sejarah.

Baca Juga :  Pimpin Apel Gelar Pasukan Operasi Keselamatan, Kapolres Pringsewu Imbau Pengendara Tertib Berlalu Lintas

Ini bukan sekedar salah paham teknis. Ini soal sensitivitas dan etika budaya. Ketika sebuah festival membawa nama besar dan sejarah lokal, maka seharusnya penyelenggara tidak hanya mengurusi panggung megah dan kostum glamor. Pendidikan, komunikasi, dan pelibatan komunitas sejarah adalah bagian yang tak terpisahkan.

Tanpa itu, festival hanya jadi kemasan kosong menjadi megah di luar, hampa di dalam.

Momentum ini seharusnya menjadi ajang refleksi, bukan sekadar perayaan. Festival budaya bukan seremonial proyek, apalagi ajang gagah-gagahan pemerintah daerah. Ini panggung kejujuran budaya. Dan jika diurus dengan mental birokratis tanpa jiwa, ia justru bisa menjadi cermin kegagalan kolektif kita menjaga marwah identitas Lampung.

Baca Juga :  Himapet Unila Laksanakan Seminar Nasional, Dekan Pertanian : Mahasiswanya Banyak Yang Berprestasi

Kini publik menunggu, apakah Disparekraf hanya akan memperbaiki ini dengan klarifikasi basa-basi? Ataukah adakah upaya sistemik agar penghormatan terhadap tokoh-tokoh sejarah bukan sekadar retorika panggung?

Karena budaya tidak dijaga lewat festival tahunan tapi lewat sikap.
Dan siapa pun yang tinggal di Lampung, tahu betul melukai simbol leluhur bukan hal sepele.

Editor : Alex Buay Sako

Berita Terkait

PKD Lampung Dimulai Hari Ini, Isbedy dan Dzafira Tampil Sabtu
Mahasiswa Diuji Tekanan, Webinar Ungkap Cara Mengelola Stres Akademik
Potensi Mengubah Kayu Cepat Tumbuh Jadi Tangguh, Solusi Ramah Lingkungan dari Heat Treatment
Metode Menyelam Bawah Air di Irak Kuno, Prasasti Assyria
Jepang Dan Etika Yang Menginspirasi
Kisah Scarface: Raja Maasai Mara Yang Menolak Takdir Alam
Tugu Payan, Sebuah Cerita Denga Penuh Makna
Jangan Berdebat Dengan Keledai
Berita ini 89 kali dibaca

Berita Terkait

Senin, 20 Oktober 2025 - 20:01 WIB

PKD Lampung Dimulai Hari Ini, Isbedy dan Dzafira Tampil Sabtu

Selasa, 14 Oktober 2025 - 14:58 WIB

Mahasiswa Diuji Tekanan, Webinar Ungkap Cara Mengelola Stres Akademik

Senin, 7 Juli 2025 - 06:33 WIB

“Mewahnya Festival Krakatau, Tapi Apa Kabar Radin Inten?”

Senin, 23 Juni 2025 - 10:44 WIB

Potensi Mengubah Kayu Cepat Tumbuh Jadi Tangguh, Solusi Ramah Lingkungan dari Heat Treatment

Minggu, 18 Mei 2025 - 11:36 WIB

Metode Menyelam Bawah Air di Irak Kuno, Prasasti Assyria

Berita Terbaru