Bandar Lampung (berandalappung.com) – Penggunaan pupuk kimia yang terus meningkat menimbulkan kekhawatiran terkait dampaknya terhadap lingkungan dan biaya yang semakin membebani petani.
Di tengah isu ini, kotoran hewan ternak muncul sebagai alternatif potensial untuk diolah menjadi pupuk organik yang ramah lingkungan.
Hengki Irawan, alumni Fakultas Pertanian Universitas Lampung (Unila), menilai bahwa kotoran hewan ternak dapat menjadi solusi strategis untuk mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Kotoran ternak, seperti sapi, kambing, atau ayam, memiliki kandungan nitrogen, fosfor, dan kalium yang cukup untuk menyuburkan tanah. Jika diolah dengan benar, ini bisa menjadi pupuk organik yang tidak kalah kualitasnya dengan pupuk kimia,” ujar Hengki, Sabtu (4/1/2024).
Menurut Hengki, pengolahan kotoran ternak menjadi pupuk organik melibatkan proses fermentasi atau kompos.
“Proses ini bertujuan untuk menghilangkan bau, membunuh patogen berbahaya, dan meningkatkan kandungan nutrisi pupuk,” urai Hengki Irawan
“Petani hanya perlu mencampurkan kotoran ternak dengan bahan seperti sekam padi atau serbuk gergaji, lalu menambahkan bioaktivator seperti EM4. Setelah difermentasi selama 2–3 minggu, hasilnya adalah pupuk organik yang siap digunakan di lahan pertanian,” tambah Hengki.
Hengki juga menyoroti beberapa keunggulan penggunaan pupuk organik dari kotoran ternak.
Selain lebih ekonomis, pupuk ini dapat meningkatkan kualitas tanah secara berkelanjutan dan mengurangi pencemaran lingkungan.
Namun, ia mengakui ada tantangan dalam penerapannya.
“Tidak semua petani memiliki pengetahuan atau fasilitas untuk mengolah kotoran ternak. Selain itu, kandungan nutrisi pupuk organik tidak secepat pupuk kimia dalam memberikan hasil, sehingga butuh pendekatan bertahap,” katanya.
Hengki mengajak pemerintah dan pihak terkait untuk mendukung inovasi ini melalui pelatihan dan subsidi.
“Dengan pelatihan yang tepat, petani bisa memanfaatkan limbah ternak sebagai sumber pupuk organik. Ini bukan hanya mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia, tapi juga membantu menciptakan sistem pertanian yang lebih ramah lingkungan,” jelas Hengki.
Kotoran ternak diyakini dapat menjadi solusi bagi petani yang menghadapi lonjakan harga pupuk kimia.
Dengan dukungan teknologi dan kebijakan yang memadai, langkah ini diharapkan mampu mendorong pertanian berkelanjutan menuju Swamaada Pangan Nasional di Indonesia.