berandalappung.com— Yogyakarta, tahu anda, jauh sebelum kelompok pelawak Srimulat mengocok perut orang karena aksi lawakannya, dulu ada seorang seniman lawak bernama Basijo(Basiyo).
Basiyo aktif bekerja didunia pentas dan hiburan semenjak zaman kolonial Belanda, ikut bersama rombongan Ketoprak sebagai tukang kerek layar.
Karena gaya komunikasinya sering membuat orang ketawa, Basiyo sering didapuk menjadi seorang punakawan pada pentas Ketoprak rombongannya.
Pada tahun 1935, Basiyo melakukan pentas perdana di Kraton Mangkunegaran dan didapuk menjadi seorang punakawan yang melemparkan guyonan guyonan yang lucu.
Lawakannya membuat penonton tertawa bebas sehingga lupa bahwa pertunjukan tersebut berada di dalam keraton.
Semenjak itulah Basiyo mendapatkan banyak tawaran pentas dan siaran radio lokal di daerah Yogya dan Solo.
Lawakannya pada saat itu disebut sebagai Dagelan Mataram.
Pada jaman penjajahan Jepang, Basiyo mendirikan grup dagelan bernama Dagelan Tangan Merah.
Karena tentara Jepang menguasai dan Islam menyiarkan siaran radio lokal, Basiyo dan grupnya melakukan pentas jalanan di atas gerobak.
Pada jaman revolusi kemerdekaan Basiyo mendirikan grup Kethoprak Tri Mudhotomo yang berlokasi di Pathuk Yogyakarta.
Basiyo bukan hanya seorang pelawak, tapi juga seorang seniman Karawitan yang berhasil mengkolaborasi gending Jawa dan dagelan sehingga terbentuklah gending Pangkur Jeggleng.
Basiyo acap berkolaborasi dengan nama-nama seniman kondang di dunia dan masanya, seperti Bagong Kussudihardjo, Ki Nartosabdo, Nyi Tjondrolukito, dan lain-lain.
Basiyo berjaya di dunia perkasetan pada awal era 1970-an hingga akhir hayatnya pada tahun 1979. Berbagai lakon dari lawakannya sering disiarkan di radio-radio swasta pada masa tersebut, terutama di wilayah pengguna bahasa Jawa, seperti Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur.
Lawakan Basiyo juga menginspirasi pelawak pelawak yang muncul selanjutnya, salah satunnya adalah para pelawak dari grup Srimulat.