Pernyataan tersebut disampaikan Ketua Dekranasda Provinsi Lampung, Riana Sari Arinal, saat menjadi narasumber dalam webinar bertema Pengembangan Batik di Luar Jawa, yang digelar oleh Yayasan Batik Indonesia berkolaborasi dengan Museum Tekstil Jakarta, Jum’at (15/10).
Riana menguraikan, kendati awalnya Lampung tidak memiliki tradisi membatik, namun ada peninggalan yang disebut sebagai batik pertama yang dikenal masyarakat Lampung, yaitu kain Sebage.
Kain tersebut, imbuh Riana, merupakan kain yang berasal dari India dan sudah dikenakan oleh masyarakat Lampung sejak abad ke-15.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Sebage dibuat dari bahan benang yang berasal dari serat daun nanas, kapas dan ulat sutera yang diberi motif-motif tertentu. Kain Sebage sendiri terbagi menjadi 2 jenis yaitu Sebage Balak (besar, red) dan Sebage Lunik,” jelasnya.
Oleh karenanya, tambah Riana, motif Lampung sangat dipengaruhi oleh kebudayan India. Adapun motif yang sangat terkenal adalah motif perahu dan pohon kehidupan. “Dalam perjalanannya, batik Lampung mulai berkembang pada tahun 1970. Kekhasannya terlihat dari pemilihan warna cerah yang melambangkan keceriaan dan keberanian,” tuturnya.
Terkait motif, jelas Riana, batik Lampung terus mengalami modifikasi. Terutama dengan memunculkan kreasi seperti motif gamolan, kupu-kupu, siger dan gajah.
Sebagai upaya konkrit mendukung pengembangan batik Lampung, dalam kepemimpinannya di Dekranasda Provinsi Lampung, Riana mendirikan Lamban Batik. “Ini merupakan wadah bagi para pembatik dalam memperkenalkan batiknya. Tempat berkreasi sekaligus sarana memasarkan karya batik Lampung,” tutup Riana.(Mitha)
EDITOR: MITHA SETIANI ASIH