Rendahnya Partisipasi Pemilih, Cerminan Lemahnya Kinerja KPU dan Bawaslu?

Avatar photo

- Jurnalis

Rabu, 4 Desember 2024 - 14:01 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pengamat Politik Universitas Muhammadiyah Lampung Candrawansyah. Ilustrasi: Wildanhanafi/berandalappung.com

Pengamat Politik Universitas Muhammadiyah Lampung Candrawansyah. Ilustrasi: Wildanhanafi/berandalappung.com

Bandar Lampung (berandalappung.com) – Pengamat politik Universitas Muhammadiyah Lampung, Candrawansyah, menyoroti pentingnya partisipasi masyarakat dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada).

Menurutnya, sistem pemilihan kepala daerah secara serentak menggunakan mekanisme suara terbanyak untuk menentukan pemenang, kecuali di Jakarta yang memerlukan suara 50%+1.

Namun, rendahnya partisipasi masyarakat menjadi isu serius yang memengaruhi legitimasi hasil pemilu.

Berikut adalah delapan faktor utama yang dianggap sebagai penyebab rendahnya partisipasi, baik dari aspek struktural maupun kultural:

1. Ketidakpercayaan terhadap Proses Politik

Ketidakpercayaan terhadap proses politik menjadi alasan utama.

Banyak masyarakat merasa bahwa Pilkada tidak membawa perubahan nyata.

Tuduhan manipulasi hasil suara dan ketidakpercayaan terhadap penyelenggara seperti KPU dan Bawaslu memperburuk situasi.

2. Kurangnya Kesadaran Politik

Rendahnya pendidikan politik membuat masyarakat tidak memahami pentingnya hak pilih.

Banyak yang menganggap satu suara mereka tidak berpengaruh, padahal itu sangat menentukan masa depan daerah.

Baca Juga :  Politik Identitas Tak Layak Jadi Pemimpin

3. Kandidat Tidak Menarik

Ketika kandidat yang maju tidak dianggap kompeten atau tidak memiliki integritas, pemilih menjadi apatis.

Prinsip bahwa “milih atau tidak milih hasilnya sama saja” menjadi alasan utama mereka tidak hadir di TPS.

4. Pengaruh Politik Uang

Praktik politik uang menciptakan persepsi bahwa suara pemilih hanya dihargai sebatas materi. Ketika tidak ada insentif seperti uang atau sembako, banyak pemilih enggan memberikan suara.

5. Faktor Sosial Ekonomi

Masyarakat dari kalangan ekonomi lemah lebih fokus pada kebutuhan mendesak daripada memberikan suara.

Mobilitas tinggi atau pekerjaan di luar daerah juga menjadi hambatan besar.

6. Kurangnya Sosialisasi dan Ketidakakuratan Data Pemilih

Minimnya sosialisasi dari KPU dan pemerintah daerah mengurangi kesadaran masyarakat tentang Pilkada.

Masalah Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang tidak akurat, seperti data orang yang sudah meninggal atau pemilih yang tidak terdaftar, turut memengaruhi partisipasi.

Baca Juga :  Bawaslu Kota Bandarlampung Gelar Rakor, Terkait DPT-b Persiapan Pemilu 2024

7. Budaya Apatis

Janji kampanye yang tidak ditepati oleh calon incumbent menjadi pemicu apatisme masyarakat terhadap politik dan pemerintahan.

8. Hambatan Teknis

Lokasi TPS yang sulit dijangkau, cuaca buruk, dan infrastruktur minim menjadi kendala teknis yang menghalangi masyarakat datang ke TPS.

Mengatasi Tantangan

Candrawansyah menekankan bahwa peningkatan partisipasi Pilkada memerlukan upaya bersama. Penyelenggara pemilu harus meningkatkan kepercayaan publik melalui transparansi dan profesionalisme.

“Sosialisasi masif, pendidikan politik, dan perbaikan DPT harus menjadi prioritas,” tegasnya pada media berandalappung.com pada Rabu, (4/12/2024).

Ia juga menekankan pentingnya kandidat yang kompeten dan infrastruktur memadai untuk memudahkan pemilih.

Dengan langkah-langkah ini, diharapkan masyarakat semakin sadar akan pentingnya peran mereka dalam Pilkada.

“Satu suara bukan sekadar angka, melainkan harapan untuk perubahan yang lebih baik,” tutupnya.

Berita Terkait

Sudin Raih Dukungan Mutlak Calon Ketua DPD PDI Perjuangan Lampung
“Nasi Datang, Demo Jadi Tenang” Potret Gerakan Mahasiswa Era Delivery Order
Nasdem Nonaktifkan Sahroni dan Nafa Urbach
Tanggapan Ketua KI Lampung Periode 2010-2014 Juniardi SIP SH MH, terkait sorotan lebaga KIP Lampung.
Pimpinan dan Anggota Komisi VII Siap Hadiri “Kita Indonesia” RRI
Paripurna DPRD Lampung Sepi, Yusirwan Tidur
Aktivis 98 Desak Reshuffle Kabinet, Soroti Danantara dan Bayang-Bayang Oligarki
Rakor Pemprov Lampung – Menteri ATR/BPN Perkuat Kerja Sama Wujudkan Pengelolaan Tata Ruang dan Pertanahan Lebih Baik
Berita ini 100 kali dibaca

Berita Terkait

Sabtu, 6 September 2025 - 13:54 WIB

Sudin Raih Dukungan Mutlak Calon Ketua DPD PDI Perjuangan Lampung

Senin, 1 September 2025 - 21:10 WIB

“Nasi Datang, Demo Jadi Tenang” Potret Gerakan Mahasiswa Era Delivery Order

Minggu, 31 Agustus 2025 - 12:59 WIB

Nasdem Nonaktifkan Sahroni dan Nafa Urbach

Rabu, 27 Agustus 2025 - 20:58 WIB

Tanggapan Ketua KI Lampung Periode 2010-2014 Juniardi SIP SH MH, terkait sorotan lebaga KIP Lampung.

Jumat, 22 Agustus 2025 - 21:23 WIB

Pimpinan dan Anggota Komisi VII Siap Hadiri “Kita Indonesia” RRI

Berita Terbaru

Peristiwa

Lampung dan Jembatan Gantung yang Terlupakan

Minggu, 21 Sep 2025 - 08:07 WIB