Mengenal Teknologi Surfaktan untuk Menjawab Tantangan Biopestisida (Formulasi dan Aplikasi)

Avatar photo

- Jurnalis

Senin, 12 Mei 2025 - 12:58 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Mengenal Teknologi Surfaktan untuk Menjawab Tantangan Biopestisida (Formulasi dan Aplikasi)
Oleh Devi Agustina, S.P., M.Si.
Agriculture Specialties – Agriculture & Food (SEA) – Nouryon; Alumni HPT 2002; Anggota Ikaperta Unila

 

berandalappung.com— Lampung, Biopestisida adalah pestisida dengan bahan aktif mengggunakan bahan alami seperti mikroorganisme, metabolit sekunder dan juga dari minyak alami (aromatic oil). Penggunaan Biopestisida dalam proteksi tanaman bukanlah sesuatu yang baru, telah lama digunakan dalam konsep PHT (Pengendalian Hama Terpadu). Hal ini seiring dengan meningkatnya kesadaran akan adanya dampak jangka panjang efek residu pemakaian pestisida sintetis dan pertanian modern yang menerapkan praktik pertanian berkelanjutan,yang secara positif menjadi pendorong utama penggunaan biopestisida dalam pengendalian hama dan penyakit tanaman yang lebih efisien.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Biopestisida dalam pandangan konservatif ditempatkan sebagai langkah preventif bukan kuratif. Hal tersebut dipengaruhi oleh bahan aktif biopestida yang berasal dari bahan alami (mikroorganisme, metabolit sekunder atau minyak aromatik) yang dinilai dalam aplikasi nya memiliki jendela apliaksi yang terbatas baik dari waktu dan cara aplikasi maupun efektifitas nya. Secara alami bahan alami tersebut memiliki keterbatasan masing masing, setiap jenis bahan aktif nya memerlukan kondisi ideal (jumlah populasi, media tumbuh dan suhu aplikasi) sesuai sifat alaminya. Secara garis besar tantangan utama biopestisida dalam aplikasi nya adalah potensi optimum kefektifan bahan alami tersebut dalam mengendalikan hama/penyakit tanaman jika dibandingkan dengan pesitida berbahan sintetis kimia serta kestabilan dan daya simpannya.

Inovasi teknologi di bidang surfaktan hadir sebagai solusi bagi biopestida untuk meningkatkan potensi optimum dalam mengendalikan hama dan penyakit tanaman sehingga lebih efisien dan efektif, baik dari sisi proses formulasi hingga ke proses aplikasi akhir nya di lapangan. Tentunya surfaktan yang dimaksud adalah golongan dari jenis surfaktan yang ramah lingkungan, yang berasal dari bahan-bahan ramah lingkungan tersertifikasi OMRI dan Ecovadis, kerap pula dikenal sebagai biosurfaktan atau surfaktan green-label. Sesuai dengan sifat dasar surfaktan yaitu bekerja sebagai surface active agent, memiliki kemampuan untuk memodifikasi tegangan permukaan antara bahan aktif dan sediaan atau pelarutnya. Langkah utama dalam memilih surfaktan yang tepat dimulai dengan mengidentifikasi jenis hama penyakit yang akan dikendalikan pada target tanamannya. Selanjutnya memilih mode of action bahan aktif yang tepat (kontak, sistemik atau translaminar), pemilihan bahan aktif berbahan dasar hayati memiliki tantangan yang lebih kompleks dibandingkan sintetis, dengan mode of action yang spesifik antara satu dan lainnya serta membutuhkan kondisi tertentu agar dapat bekerja dengan baik seperti populasi spora dan menjaga tingkat kelembaban tertentu untuk bahan aktif agensia hayati dari jenis cendawan atau membutuhkan larutan yang spesifik untuk bahan aktif dari jenis minyak aromatik alami.

Baca Juga :  Dekan FEB Unila Klarifikasi Terkait Penyebab Kematian Pratama

Tantangan pemilihan surfaktan pada formulasi dan aplikasi biopestisida tentunya lebih kompleks dari formulasi dan aplikasi pestisida sintetis umumnya, meskipun kedua jenis pestisida tersebut telah menggunakan surfaktan jenis ramah lingkungan. Untuk surfaktan biopestisida dibutuhkan surfaktan dengan sifat, daya kerja spesifik yang mampu bekerja secara sinergis terhadap mode of action jenis agensia hayati tersebut dari sisi kestabilan formulasi hingga efektivitas saat aplikasi di lapangan. Sebagai contoh untuk biopestisida dari golongan minyak aromatic alami, dimana sifat alami minyak adalah tidak mampu bercampur dengan air maka pemilihan surfaktan yang tepat bukan hanya memilih bahan surfaktan yang memiliki sifat emulsi yang sesuai akan tetapi juga memastikan kestabilan minyak aromatic tersebut pada konsentrasi pelarut dengan ukuran partikel tertentu misalnya nano-partikel yang mampu secara efektif bekerja sebagai biopestida, sehingga jika kemudian ukuran partikel biopestisida nya adalah nano, jenis formulasinya berkembang menjadi nano-pestisida. Hal yang sedikit berbeda untuk biopestida dengan bahan aktif agensia hayati cendawan, maka langkah utama pemilihan surfaktan berdasarkan kompatabilitas terhadap minimum populasi dari cendawan yang disebut Minimum Inhibitory Concentration (MIC) didefinisikan sebagai konsentrasi terendah suatu zat yang dapat menghambat pertumbuhan sel. Setiap jenis mikroba memiliki persentasi MIC yang berbeda-beda pada setiap jenis surfaktan dan tipe formulasi nya, contohnya untuk Bouveria bassiana dalam formulasi Emulsifiable Concentrate (EC) nilai MIC nya terhadap surfaktan emulcifier nilai MIC nya adalah 20%-0.04% sedangkan nilai MIC terhadap surfaktan dengan fungsi dispersant-stabilizer di range 20%-0.05%. Setiap fungsi dan jenis surfaktan memiliki sifat penghambatan yang berbeda-beda pula, surfaktan jenis non-ionik dan polimer umumnya lebih memiliki keterbatasan dalam menghambat pertumbuhan mikroba dibandingkan dengan low surface tensions surfactant yaitu jenis surfaktan yang memiliki tegangan permukaan rendah dimana jauh lebih efektif.

Baca Juga :  Disdikbud Lampung Sambut Baik Kritik Pendidikan Akar Lampung

Memilih jenis formulasi biopestisida yang efektif dan efisien artinya tidak hanya mencapai tujuan optimalisasi efektifitas dan stabilitas agensia hayati yang diuji secara in-vivo dan in-vitro akan tetapi juga mencakup dalam aplikasi uji coba lapangannya. Dengan kata lain, teknologi dan inovasi surfaktan tidak hanya berperan dalam proses formulasi nya tetapi juga dalam proses aplikasi langsung yang disebut metode tank mix application- teknik pencampuran dalam tanki. Metode ini dapat menjadi solusi yang efisien untuk menjawab tantangan keterbatasan biopestisida sehingga lebih stabil dan lebih tepat sasaran ke target hama penyakit maupun ketika co-spray dengan pupuk contohnya. Untuk metode tank mix aplikasi biopestida langsung dalam penyemprotan umumnya surfaktan jenis ini dari golongan Adjuvant yang memiliki sifat adjuvansi sehingga mampu meningkatkan kemampuannya untuk menyebar, membasahi, dan menembus permukaan dan memodifikasi interaksi permukaan tanaman/taget area dengan bahan aktifnya.

Harapannya dengan tersedianya akses terhadap inovasi dan teknologi surfaktan yang dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas penggunaan biopestisida dalam era pertanian modern yang berkelanjutan, bukan lagi sebuah kendala untuk kita sebagai penggiat pertanian dan pelaku industri agrokemikal untuk dapat berkontribusi secara aktif menjaga keberlangsungan rantai makanan dan ekosistem yang sehat untuk mampu menopang pertanian yang produktif . Meningkatkan kepedulian dan kesadaran bahwa pertanian yang berkelanjutan adalah tugas kita bersama, dengan mempertimbangkan penggunaan biopestisida dan menggunakan pestisida sintetis dengan penuh tanggung jawab, efek residu dan resiko resistensi yang mengancam biodiversitas pada jangka panjang dapat diturunkan. Pertanian yang berkelanjutan sebagai penopang utaman ketahanan pangan adalah hal yang patut kita upayakan bersama.

Penulis : Devi Agustina, S.P., M.Si.

Editor : Alex Buay Sako

Berita Terkait

PPDB Lampung 2025 Dinilai Kaku dan Diskriminatif, LSM KAKI Ajak Aktivis dan Penegak Hukum Awasi Ketat
Kemenag Lampung Klarifikasi Dugaan Penyimpangan di MIN 1 Tanggamus: Proyek Masih Sesuai Jalur
Agroforestri Sawit, Dapatkah Menjadi Jalan Tengah Untuk Menyelamatkan Hutan dan Ekonomi?
Kasus Ida Umami Setahun Mandek di Polres Metro, Peradi Desak Tuntaskan
Dekan FEB Unila Klarifikasi Terkait Penyebab Kematian Pratama
Pemilihan Rektor, Antara Membangun Opini dan Pembusukan Karakter
Kadis Perpusip Lampung Ajak Kaum Muda Bangkit dan Cinta Akan Sastra
Tim Sel Bumkam, DPRD Lamteng Dorong Pembentukan Pansus Seleksi Sekda dan Kadis 
Berita ini 78 kali dibaca

Berita Terkait

Jumat, 13 Juni 2025 - 20:46 WIB

Kemenag Lampung Klarifikasi Dugaan Penyimpangan di MIN 1 Tanggamus: Proyek Masih Sesuai Jalur

Selasa, 10 Juni 2025 - 10:05 WIB

Agroforestri Sawit, Dapatkah Menjadi Jalan Tengah Untuk Menyelamatkan Hutan dan Ekonomi?

Kamis, 5 Juni 2025 - 13:16 WIB

Kasus Ida Umami Setahun Mandek di Polres Metro, Peradi Desak Tuntaskan

Minggu, 1 Juni 2025 - 17:32 WIB

Dekan FEB Unila Klarifikasi Terkait Penyebab Kematian Pratama

Senin, 26 Mei 2025 - 10:58 WIB

Pemilihan Rektor, Antara Membangun Opini dan Pembusukan Karakter

Berita Terbaru