Berandalappung.com – Kepemimpinan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bandar Lampung, Eva Dwiana dan Deddy Amrullah, memasuki masa akhir periode pertamanya.
Namun, hingga kini, masih banyak pekerjaan rumah yang belum terselesaikan, termasuk janji-janji kampanye yang dinilai belum terealisasi.
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung, Ghraito Arip, menyoroti bahwa komitmen terhadap masyarakat, terutama dalam mengatasi persoalan lingkungan hidup, belum menjadi prioritas utama pemerintah daerah.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Minimnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) serta buruknya tata kelola sampah dianggap sebagai faktor utama meningkatnya bencana banjir yang hampir merata di seluruh wilayah Kota Bandar Lampung.
“Janji politik sebelum pemilihan sering terdengar manis dan merdu, namun setelah terpilih, banyak kepala daerah seolah kehilangan arah dalam merealisasikan komitmennya,” ujar Ghraito pada Senin, (10/2/2025).
Ia bahkan mengutip pernyataan Nikita Khrushchev, mantan pemimpin Uni Soviet, yang mengatakan bahwa
“Para politisi di seluruh dunia sama saja, mereka berjanji membangun jembatan, padahal di tempat itu tidak ada sungainya,” urainya.
Menurutnya, menjelang akhir masa jabatan Eva Dwiana, persoalan lingkungan hidup yang krusial di Bandar Lampung justru semakin memburuk.
Hal ini menunjukkan bahwa perencanaan pembangunan kota lebih banyak didorong oleh ambisi politik ketimbang kebutuhan masyarakat.
“Pemerintah Kota Bandar Lampung tampaknya luput dari perspektif lingkungan hidup. Selama hampir dua dekade rezim kepemimpinan keluarga Herman HN dan Eva Dwiana, pembangunan yang dilakukan lebih menyerupai ambisi Nimrod dalam membangun Menara Babel pada zaman Babilonia kuno mengutamakan kepentingan kekuasaan dibandingkan kesejahteraan rakyat,” tegasnya.
Kritik terhadap pola pembangunan di Bandar Lampung juga telah banyak disampaikan oleh berbagai elemen masyarakat, termasuk LSM dan Mahasiswa.
Namun, alih-alih dijadikan bahan evaluasi, kritik tersebut sering kali ditanggapi dengan sikap defensif dan penyangkalan.
“Seharusnya, pembangunan kota dirancang berdasarkan kebutuhan yang nyata, bukan sekadar ambisi segelintir pihak. Jika tidak, dampaknya akan terus dirasakan oleh masyarakat, seperti yang terjadi saat ini,” tutup Ghraito.
Dengan semakin dekatnya akhir masa jabatan Eva Dwiana dan Deddy Amrullah, publik menanti langkah konkret dalam menuntaskan janji-janji yang belum terealisasi, terutama terkait permasalahan lingkungan dan tata kelola perkotaan.