“Selamat dari Neraka di Langit: Kesaksian Mengerikan Vishwash Kumar Ramesh, Satu-satunya Penumpang yang Bertahan dari Jatuhnya Air India 171”
berandalappung.com— Ahmedabad, India
dalam hitungan detik, langit Gujarat berubah kelam. Jerit dan ledakan mengoyak keheningan pagi Kamis, 12 Juni 2025. Pesawat Boeing 787-8 Dreamliner milik maskapai Air India dengan nomor penerbangan AI 171, yang baru saja meninggalkan Bandara Internasional Sardar Vallabhbhai Patel menuju London Gatwick, menghantam daratan dengan keras.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Sebanyak 241 nyawa hilang. Dan hanya satu yang bertahan.
Vishwash Kumar Ramesh, pria 40 tahun berkewarganegaraan Inggris keturunan India, menjadi satu-satunya penumpang yang keluar hidup-hidup dari serpihan logam dan api itu. Ia duduk di kursi nomor 11A bagian kabin kelas ekonomi premium. Di sebelahnya, sang kakak, Ajaykumar Ramesh, yang duduk di kursi 11J, tak terselamatkan.
Ditemui di Rumah Sakit Sipil Ahmedabad, Vishwash berbicara perlahan, seperti masih tak percaya dirinya masih hidup.
“Tiga puluh detik setelah lepas landas, terdengar suara ledakan besar. Semua orang menoleh panik. Lalu tiba-tiba kami menukik,” ujarnya dengan mata yang berkaca.
Vishwash tak sempat berdoa. Dalam kedipan mata, pesawat menghantam sebuah bangunan komunitas warga tak jauh dari landasan pacu. Benturan keras itu membuat tubuhnya terlempar ke depan. Namun takdir berkata lain, selembar hidup masih menggantung untuknya.
“Saya sempat mengira sudah mati. Tapi ketika sadar saya masih bernapas, saya melihat lubang besar di badan pesawat, dekat kursi saya. Dengan sisa tenaga, saya buka sabuk pengaman, dorong puing dengan kaki, dan merangkak keluar.”
Saat ia keluar dari reruntuhan, pemandangan tak kalah mengerikan membentang. Potongan tubuh berserakan. Bau bahan bakar dan darah menguap di udara. Rekaman video amatir menunjukkan Vishwash berjalan terpincang, bajunya robek, tubuhnya bersimbah darah, berteriak minta tolong.
“Saya lihat mayat di mana-mana. Saya ketakutan, lalu lari. Seseorang memegangi saya dan saya dibawa ke ambulans.”
Tangis untuk Sang Kakak
Yang paling menyayat adalah kabar tentang kakaknya. Ajaykumar Ramesh ikut dalam penerbangan naas itu. Keduanya berencana menghadiri pernikahan keluarga di London.
“Saya tahu dia duduk tak jauh dari saya. Tapi saya tak melihatnya keluar. Tolong bantu saya temukan dia,” pintanya lirih, suaranya gemetar, menahan duka yang terlalu besar untuk diceritakan.
Takdir dan Luka
Rajnish Patel, Kepala Bedah di Rumah Sakit Sipil Ahmedabad, menyebut luka Ramesh tidak membahayakan.
“Ia mengalami luka sedang di kaki dan punggung. Kondisinya stabil dan akan bisa pulang dalam beberapa hari.”
Namun luka batin Vishwash mungkin akan bertahan seumur hidup. Ia selamat, tapi kehilangan segalanya yaitu saudara, teman seperjalanan, dan mungkin ketenangan jiwanya.
Tragedi dan Tanggung Jawab
CEO Air India, Natarajan Chandrasekaran, dalam pernyataannya di platform X, menyatakan duka mendalam atas kecelakaan itu.
“Dengan kesedihan mendalam, saya konfirmasi bahwa Air India Penerbangan 171 mengalami kecelakaan tragis.”
Penyebab pasti kecelakaan belum diumumkan secara resmi. Namun sumber investigasi menyebut dugaan awal adalah serangan burung yang menyebabkan kerusakan fatal pada mesin kiri pesawat sesaat setelah lepas landas.
Otoritas penerbangan India telah bekerja sama dengan Boeing dan Komisi Keselamatan Penerbangan Sipil Inggris untuk mengusut insiden ini.
Satu Nyawa, Ribuan Cerita
Tragedi AI 171 menorehkan duka panjang bagi India dan dunia penerbangan global. Namun dari puing-puing pesawat dan kesunyian pasca ledakan, muncul satu kesaksian langka: seorang manusia yang menatap langsung maut di depan matanya, dan kembali hidup untuk menceritakannya.
Di dunia yang kadang terlalu cepat bergerak dan melupakan, mungkin kisah Vishwash adalah pengingat bahwa setiap napas, setiap perjalanan, adalah anugerah yang tak boleh disepelekan.
“Saya tidak tahu mengapa saya selamat. Tapi mungkin saya harus menceritakan ini. Untuk mereka yang tak sempat lagi berbicara.”
Vishwash Kumar Ramesh.
Editor : Alex Buay Sako