Harimau Turun Gunung, Ternak Warga Jadi Korban Jejak Pemangsa Belum Terungkap
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
berandalappung.com— Langkat, jejak harimau Sumatera kembali membekas, bukan hanya di tanah basah Dusun Pancasila, Desa Mekar Makmur, Kecamatan Sei Lepan, Kabupaten Langkat. Tapi juga di ingatan warga yang mulai dihantui rasa takut setiap malam.
Enam hewan peliharaan lima lembu dan satu anjing dimangsa predator besar itu dalam rentang waktu satu bulan terakhir. Tapi hingga kini, harimaunya belum terlihat wujudnya, bahkan sekadar dalam potongan gambar.
Sejumlah kamera jebak yang dipasang Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Wilayah II Stabat di lokasi kejadian belum juga memberikan gambaran pasti. Tak ada satu pun rekaman visual yang bisa menjawab pertanyaan paling mendasar harimau mana yang bertanggung jawab?
“Kami hanya menemukan jejak kaki. Kamera jebak belum merekam harimaunya. Sampai sekarang, kami belum bisa memastikan apakah ini individu yang sama, jantan atau betina, dewasa atau remaja,” ujar Kepala Seksi BKSDA Wilayah II Stabat, Bobby Nopandri, Sabtu (5/7/2025).
Lebih rumit lagi, beberapa kamera jebak sempat hilang dari titik pemasangan awal. Dugaan awal menyebut, alat-alat itu terseret atau terbawa oleh pergerakan satwa di hutan sekitar. Meski telah ditemukan kembali, harapan merekam si raja rimba belum juga terpenuhi.
Kehadiran harimau Sumatera di pemukiman bukan sekadar kabar biasa. Ini adalah sinyal peringatan. Tentang habitat yang makin menyempit, hutan yang kian terdesak, dan ruang hidup satwa liar yang terus dijajah oleh ekspansi manusia.
Dusun Pancasila berada tak jauh dari kawasan hutan yang dulu menjadi benteng terakhir bagi harimau Sumatera. Tapi kini, batas-batas antara hutan dan ladang, antara wilayah liar dan permukiman manusia, makin kabur.
“Empat ekor lembu dimangsa selama Juni, dan pada Rabu kemarin, satu lembu dan seekor anjing kembali jadi korban,” jelas Bobby. Serangan ini, katanya, berlangsung senyap tapi sistematis. Malam hari. Sekali datang, sekali menerkam. Lalu menghilang ke gelap.
Masyarakat kini hidup dalam dua ketakutan. Takut kehilangan ternak sumber penghidupan mereka dan takut jika harimau itu akhirnya diburu secara liar karena dianggap membahayakan. Di sisi lain, petugas konservasi dihadapkan pada dilema klasik melindungi satwa langka sekaligus meredam potensi konflik sosial yang meledak sewaktu-waktu.
Hingga kini, belum ada keputusan akhir. Apakah akan dilakukan penangkapan atau hanya pengusiran satwa. Semua bergantung pada satu hal yang masih belum didapat identitas harimau itu sendiri.
Sementara itu, rimba tetap bisu. Kamera terus berjaga, menanti momen langka yang bisa memperlihatkan sosok pemangsa itu. Warga pun berjaga dengan cemas, di tengah malam yang kini tak lagi sunyi karena di balik semak, bisa jadi harimau sedang mengintai.
Editor : Alex Buay Sako