Kontras Tajam Dunia Pendidikan: Sekolah Mewah di Kota, Nyaris Roboh di Pesisir Barat
berandalappung.com— Pesisir Barat, Potret buram pendidikan dasar kembali mencuat dari pelosok Pesisir Barat. SDN 113 Krui, sekolah yang berdiri di wilayah pedalaman, hingga kini belum tersentuh perbaikan meski kondisinya sudah lama menjadi sorotan publik dan wakil rakyat.
Bangunan sekolah itu jauh dari kata layak. Dindingnya hanya terbuat dari papan lapuk, sebagian bolong. Jendela tidak ada, atap bocor di banyak sisi, lantai semen kotor, dan meja kursi belajar sangat terbatas.
“Ini bukan sekadar menyedihkan, ini darurat pendidikan. Anak-anak kita butuh ruang belajar yang manusiawi,” tegas Anggota DPRD Provinsi Lampung dari Fraksi PAN, Imelda Gunawan Raka, Beberapa waktu lalu.
Ironisnya, di saat SDN 113 Krui masih berjuang dalam keterbatasan, sekolah-sekolah di perkotaan justru mendapatkan program revitalisasi dengan anggaran fantastis.
Sebut saja SDN 1 Rajabasa di Bandarlampung yang menerima kucuran dana revitalisasi lebih dari Rp1 miliar per sekolah.
Kontras ini mempertegas kesenjangan nyata antara kota dan pelosok antara mereka yang terlihat dan mereka yang terlupakan.
Menyikapi hal ini, akademisi Universitas Terbuka (UT) Lampung, Hengki Irawan, menilai kondisi SDN 113 Krui mencerminkan kegagalan sistemik dalam perencanaan dan distribusi anggaran pendidikan.
“Revitalisasi pendidikan seharusnya berpijak pada kebutuhan, bukan lokasi. Jangan hanya karena sekolah di pedalaman tidak viral, lalu luput dari perhatian,” ujarnya, Senin (3/11).
Menurut Hengki, ketimpangan ini berpotensi memperlebar jurang kualitas pendidikan antara desa dan kota. “Bagaimana kita bisa bicara soal kualitas sumber daya manusia kalau anak-anak di pelosok bahkan tidak punya ruang belajar yang layak? Pemerintah harus meninjau ulang peta prioritas pembangunan pendidikan,” tambahnya.
Ia juga mengingatkan bahwa investasi pendidikan sejati bukan hanya soal membangun gedung baru, tetapi memastikan bahwa setiap anak, dari Krui hingga Rajabasa, mendapat kesempatan belajar yang sama.
“Kalau pemerintah ingin membangun Lampung dari pinggiran, maka SDN 113 Krui adalah titik awal untuk membuktikannya,” tutup Hengki. (LW)
Editor : Alex Buay Sako











