berandalappung.com— Yogyakarta, Siapa bilang emak-emak hanya bisa masak, manak (punya anak) , dan umbah-umbah (mencuci pakaian)? Nyatanya, emak-emak dari Komunitas Omah Kayu dan Komunitas Semak Kata terus berupaya menjaga letupan semangat dan kreativitas menulis. Hal ini ditunjukan saat mereka mengikuti silaturahmi “Meningkatkan Motivasi dalam Menulis” (2/5/2025) di kantin Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah (DPAD) DIY dengan menghadirkan narasumber Herry Mardianto
“Pertemuan ini diadakan agar kita terus mempunyai keinginan menulis. Kita perlu selalu mengisi ulang spirit meningkatkan kreativitas,” jelas Ana Mawar, koordinator Omah Kayu saat membuka acara.
Emak-emak dari Komunitas Omah Kayu saat ini tengah menanti terbitnya antologi bersama Memetik Hikmah di Balik Kisah yang masih dalam proses layout di Penerbit Interlude, Yogyakarta.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Antologi tersebut berisi dua puluh satu kisah pengalaman emak-emak dalam menyiasati kehidupan karena sebagian mereka single parent, berjuang sepenuh tenaga demi mencukupi kebutuhan hidup, mendidik anak-anak, dan pengalaman mengarungi kehidupan berumah tangga.
Semangat emak-emak untuk terus mengetahui seluk beluk menulis patut diacungi jempol. Meskipun sesaat sebelum pertemuan hujan turun hampir di seluruh wilayah Yogyakarta, mereka tetap hadir.
“Sebenarnya tidak ada alasan kita tidak bisa menulis, tidak mempunyai ide. Apa pun bisa kita jadikan tulisan. Pertemuan ini pun sesungguhnya dapat dijadikan ide untuk dituliskan. Tinggal memperkaya dengan pengalaman dan referensi,” papar Herry Mardianto, praktisi kepenulisan.
Di sisi lain dijelaskan bahwa karena usia emak-emak sudah tidak muda lagi, perlu kiranya setiap ide yang muncul segera dicatat agar tidak mudah hilang. Keterbatasan daya ingat, menjadikan catatan begitu penting. Hal ini berkorelasi dengan kenyataan bahwa semakin tua, seseorang menjadi pelupa dan pikun.
Selain mencatat ide, langkah penting dalam proses menulis agar tidak berhenti di tengah jalan, maka masing-masing perlu membuat outline, kerangka atau garis besar karangan. Dengan demikian, pengejawantahan ide akan menemukan jalannya karena kerangka berpikir sudah direncanakan sejak awal.
Tidak dapat dipungkiri bahwa menulis memerlukan kedisiplinan dan tekad kuat, istiqomah, dari diri sendiri. Setiap orang memerlukan situasi khusus untuk mengawali menulis.
Ada yang bisa mulai menulis malam hari saat suasana sepi sambil mendengarkan musik, tak jarang ada yang bisa menulis saat dalam perjalanan jauh menggunakan kereta api atau pesawat terbang, menunggu antrean di rumah sakit atau bank, dan dalam berbagai situasi lainnya. Hal ini menyebabkan proses kreatif seseorang berbeda satu dengan lainnya.
Di samping ide yang menarik, judul tulisan pun harus memikat, agar mampu merebut perhatian pembaca. Pemilihan judul perlu dipertimbangkan dengan sungguh-sungguh karena judul merupakan nyawa bagi sebuah tulisan.
Segala sesuatu yang dituangkan dalam pragraf- dari paragraf pembuka sampai paragraf penutup- harus mengacu pada judul. Meskipun ada orang yang memberi judul setelah proses penulisan selesai, tetapi pasti sejak awal ia sudah membayangkan judul yang akan diberikan untuk tulisannya.
Ketua Komunitas Semak Kata, Ria Anisa, memaparkan ketertarikannya pada dunia tulis menulis. Pada awalnya (tahun 2022) ia mengikuti Pelatihan Menulis dan Fasilitasi Penerbitan Buku dengan tema Literasi untuk Kecakapan Hidup yang diadakan Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah DIY.
Semula ia bingung mau menulis apa karena ada kewajiban bagi setiap peserta menulis artikel yang akan diterbitkan dalam bentuk antologi bersama.
Nah dari pelatihan tersebut, dosen di APMD itu menyadari bahwa apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dialami seseorang merupakan hal yang termudah untuk dituliskan. Tinggal dikaitkan dengan minat dan passion. Artinya, tulislah apa yang kita kuasai, sehingga proses menulis menjadi mudah.
Di ujung pertemuan, Herry memotivasi peserta untuk terus menulis. Tulislah apa pun. Bisa sehari menulis sepuluh, seratus, atau seribu kata. Jadikan tulisan sebisanya, tidak perlu takut salah. Jika sudah selesai, pelan-pelan diperbaiki lewat proses editing.
“Jadikanlah menulis sebagai candu. Sehingga kalau tidak sempat menulis, kita akan merasa ada yang kurang,” pungkas Herry Mardianto.
Editor : Alex Jefri
Sumber Berita: Kompasiana.com