Keberanian Orang Beriman, Ketika Ancaman Dunia Tak Lagi Menakutkan

Avatar photo

- Jurnalis

Rabu, 25 Juni 2025 - 09:50 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Keberanian Orang Beriman Ketika Ancaman Dunia Tak Lagi Menakutkan

Oleh: Wim Badri Zaki

 

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dunia berada di ambang perang besar. Pada tanggal 23 Juni 2025, Iran meluncurkan serangan ke markas militer terbesar Amerika Serikat di Qatar, sebagai respons terhadap eskalasi serangan Israel dan Amerika sebelumnya. Puncaknya, Amerika mengultimatum Iran dengan nada tegas: “Berdamailah, atau menghadapi kehancuran total.”

Namun sejarah dan iman mengajarkan bahwa ancaman bahkan dari negara adidaya tidak pernah cukup untuk memenuhi jiwa yang tunduk hanya kepada Tuhan.

Dalam dunia modern yang terbenam dalam budaya pop, konsumsi cepat, dan ketakutan akan kehilangan gaya hidup, gagasan tentang keberanian spiritual, apalagi mati demi prinsip, terasa asing. Hari ini, banyak masyarakat dunia telah kehilangan akar ideologi. Mereka tidak lagi mengenal bangsa yang bertahan bukan karena senjata, tetapi karena iman. Melalui tulisan ini, saya ingin mengajak kita kembali memahami bagaimana peradaban sejak dulu mencatat bangsa Persia yang kini menjadi Iran sebagai bangsa yang tidak pernah tunduk tanpa harga diri.

Sejak zaman pemerintahan Achaemenid (550 SM), Persia dikenal sebagai kekuatan yang lebih sering memilih perang panjang daripada damai jangka pendek. Mereka tidak tunduk di Marathon, tidak menyerah di Salamis. Ketika memasuki era pemerintahan Sasanid, mereka bergerak lebih dari dua puluh kali melawan Romawi Timur, dengan hanya sedikit perjanjian damai yang bertahan lama.

Setelah menjadi bangsa Muslim, dinasti Syiah Safavid (1501–1736) terlibat perang berabad-abad melawan Kekhalifahan Ottoman. Damai hanya datang jika musuh benar-benar lelah. Bahkan di era modern, Perang Iran–Irak (1980–1988) menjadi saksi bagaimana Iran tetap bertahan delapan tahun di bawah embargo dan serangan kimia, hingga Ayatullah Khomeini dengan getir menyebut perdamaian sebagai “minuman racun.”

Baca Juga :  PP Muhamadiyah Lampung Sebut LGBT Musuh Kemanusiaan

Watak sejarah ini bukan semata-mata mata produk nasionalisme, tetapi cerminan dari keyakinan eksistensial. Inilah esensi keberanian orang beriman: ia tidak hidup untuk dunia. Al-Qur’an telah menyampaikan dengan tegas:

“Apakah manusia mengira bahwa mereka hanya akan dibiarkan mengatakan, ‘Kami telah beriman’, dan mereka tidak diuji?”
(QS. Al-‘Ankabut : 2–3)

Orang beriman berani miskin, karena rezeki adalah hak Allah. Berani sendiri, karena kebenaran tak selalu menjadi milik mayoritas. Berani mati, karena kematian bukan akhir, tapi awal dari kehidupan abadi. Bahkan ketika dunia mengancam dengan menyandera anak, istri, atau kehidupan sosial, ia tetap tidak gentar. Alasan Al-Qur’an diperingatkan:

“Sejujurnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah terhadap mereka.”
(QS. At-Taghābun : 14)

Ayat ini bukan ajakan membenci keluarga, melainkan peringatan bahwa cinta dunia, bahkan yang paling kita sayangi, bisa jadi titik lemah iman.

Bagi Iran, konflik ini bukan sekadar perang militer. Ini adalah perang identitas, keberadaan, dan keyakinan. Amerika mungkin mengancam dengan kehancuran total, tapi Iran telah membentuk dirinya menjadi bangsa yang lebih takut kehilangan kehormatan daripada kehilangan nyawa. serupa Al-Qur’an menyampaikan:

“Dan sungguh-sungguh akan Kami uji kamu dengan sedikit rasa takut, lapar, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.”
(QS. Al-Baqarah : 155)

Maka wajar jika Iran, bahkan dalam isolasi dan sanksi ekonomi, tetap teguh berdiri. Karena kekuatan mereka bukanlah senjata, melainkan ideologi yang tertanam dalam sejarah dan spiritualitas. Di saat sebagian besar dunia telah menggantikan makna kemuliaan dengan kenyamanan, Iran tetap berdiri dalam garis keyakinannya.

Dalam kaca mata barat, hal ini disebut fanatisme. Tapi dalam kacamata iman, inilah keberanian sejati. Orang beriman tidak bisa dikalahkan dengan dunia, karena dia tidak hidup untuk dunia. Dia hanya takut kepada Tuhannya. Maka tak ada strategi yang efektif untuk menaklukkan orang beriman kecuali memenuhi syarat dengan Allah dan inilah yang tidak berhasil dilakukan terhadap Iran selama puluhan tahun.

Baca Juga :  PP Muhamadiyah Lampung Sebut LGBT Musuh Kemanusiaan

Indonesia sebagai bangsa dengan mayoritas penduduk beragama Islam, memiliki warisan spiritual yang sama. Kita hidup di tengah gempuran budaya global yang mencakup ideologi. Semangat juang diganti semangat viral. Keteguhan dikalahkan oleh prinsip kompromi ekonomi. Maka momen konflik Iran ini, bukan untuk dielu-elukan secara buta, tetapi untuk direnungkan mengapa bangsa itu tidak pernah menyerah, dan mengapa sebagian dari kita terlalu mudah tunduk bahkan tanpa diancam?

Dalam dunia yang menjadikan kenikmatan sebagai standar hidup, iman menjadi satu-satunya benteng yang tersisa. Dan iman yang sejati akan menumbuhkan keberanian. Sebab orang yang percaya bahwa dunia hanyalah permainan, tidak akan pernah terjebak di dalamnya.

“Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau, perhiasan, saling berbangga di antara kamu…”
(QS. Al-Hadid: 20)

Orang beriman akan tetap teguh meski dirampas hartanya, dicela sosialnya, bahkan diancam nyawanya. Karena keberaniannya lahir dari keyakinan tauhid bahwa hanya Allah yang pantas ditakuti.

Hari ini, dunia tidak mengenal keberanian semacam itu. Dunia hanya mengenal logika untung rugi. Tapi sejarah tidak dibentuk oleh para pelaut. Ia dibentuk oleh mereka yang rela berjalan sendiri dalam kebenaran. Maka jika kita masih memiliki iman, mari kita warisi keberanian itu. Karena zaman ini tidak ada kekurangan teknologi, namun kekurangan keberanian spiritual.

Editor : Alex Buay Sako

Berita Terkait

PP Muhamadiyah Lampung Sebut LGBT Musuh Kemanusiaan
Berita ini 32 kali dibaca

Berita Terkait

Rabu, 9 Juli 2025 - 18:06 WIB

PP Muhamadiyah Lampung Sebut LGBT Musuh Kemanusiaan

Rabu, 25 Juni 2025 - 09:50 WIB

Keberanian Orang Beriman, Ketika Ancaman Dunia Tak Lagi Menakutkan

Berita Terbaru

Pemerintahan

Gelar Rembuk Desa, Kemenko PKM Hadir di Lampung

Jumat, 11 Jul 2025 - 09:56 WIB