GRAFITI.ID — Masih terkenang jelas dalam ingatan Fitri Restiana memori 2015 silam. Saat cerita anaknya pertama kali lolos seleksi untuk dimuat di majalah Bobo.
Perempuan yang akrab dipanggil Uni Fifi ini, bercerita telah 11 kali naskahnya ditolak redaksi majalah Bobo. Tak menyerah, ia melakukan riset berulang kali untuk mengetahui gaya penulisan yang dipakai majalah Bobo. Akhirnya, naskah ke-12 lolos terbit di majalah tersebut.
Hal ini menjadi tonggak semangatnya untuk menulis buku anak. Ia mulai aktif mengikuti pelatihan dan seminar kepenulisan buku anak. Dari situlah, dia memiliki kesempatan mengirimkan 2 naskah ke Watiek Ideo, penulis buku anak. Selang beberapa hari, Uni Fifi dihubunginya untuk diajak berkolaborasi menulis tiga buku dengan judul Cerdas Mengelola Emosi, Cerdas Mengelola Uang dan Cerdas Mengelola Waktu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Saat ini, Uni Fifi telah melahirkan 31 buku anak. Menurutnya menulis buku anak tidak membuatnya mati ide. Sebab, ia bisa menuliskan pengalaman saat menjadi seorang anak, memperhatikan kebiasaan anaknya sendiri atau riset melalui bacaan lain.
“Saya melihat sumber sudah ada, idenya ada, kalau tidak dituliskan akan hilang. Kalau kita tuliskan itu akan menjadi sejarah untuk anak-anak. Ketika anak sudah besar akan berkaca dulunya seperti itu,” ujar Uni Fifi, saat dijumpai Grafiti.id di Akademi Kopi Lampung, Kamis (21/10/2021).
Ibu dari dua anak ini pernah menuliskan buku yang terinspirasi dari kebiasaan anaknya sendiri. Buku ini berjudul “Lezatnya Sambal Seruit”. Nama tokoh dan karakter disesuaikan dengan kedua anaknya. Tokoh Pandu dikisahkan tidak menyukai pedas. Namun, mencoba mencicipi sambal Seruit karena melihat saudaranya makan sambal tersebut.
Alumni Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Lampung ini, selalu memposisikan diri sebagai anak-anak saat menuliskan ceritanya. Ia menjauhkan diri dari emosi amarah dan memunculkan emosi riang gembira ketika menuliskan naskah.
“Menulis buku anak-anak harus hati-hati pemilihan bahasanya disesuaikan kemampuan membaca anak. Berbeda kalo nulis buku dewasa, bisa menggunakan sebutan elu, gua. Kalau buku anak tidak bisa harus teliti sekali,” ujarnya.
Semua buku Uni Fifi memiliki pangsa pasarnya sendiri. Seperti buku hasil kolaborasi dengan Watiek Ideo yang diterbitkan di Gramedia berulangkali best seller. Sedangkan buku “Petualangan Ke Negeri Akhlatusia” lolos di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan terjual puluhan ribu eksemplar.
Perempuan yang hobi membaca ini memiliki mimpi, buku-bukunya bisa terjangkau di daerah 3T ( terdepan, terpencil, tertinggal). Pasalnya, harga buku anak-anak tidak terjangkau, sehingga distribusi ke daerah-daerah tidak murah. Ia ingin terus menulis buku anak-anak yang tidak hanya mengedukasi, tetapi juga dikemas menjadi hiburan. Dengan begitu, anak-anak bisa jatuh cinta pada buku seperti mereka cinta dengan gawai.
“Saya ingin buku-buku anak bisa tersebar ke pelosok-pelosok, bahkan seluruh dunia. Karena saya ingin nilai yang saya tanamkan pada buku, ikut tertanam dikepribadian anak-anak juga,” harapnya.
Teranyar, naskah bukunya yang berjudul “Terpikat Nuwow Sesat” terpilih menjadi bahan bacaan kelas 5 sekolah dasar tahun 2021 dari Kantor Bahasa Provinsi Lampung dan Kantor Bahasa Provinsi Bangka Belitung. Uni Fifi mengangkat rumah adat Lampung sebagai muatan lokal. Dengan tujuan mewariskan budaya Lampung ke anak-anak. (Mitha)
EDITOR: MITHA SETIANI ASIH